
PROSES YANG EFEKTIF DALAM MENGEMBANGKAN STRATEGI IS/IT
PROSES YANG EFEKTIF DALAM MENGEMBANGKAN STRATEGI IS/IT
Tujuan umum organisasi dalam mengadop proses strategi IS/IT
4 butir tujuan mengadop proses strategi IS/IT:
a. Alignment SI / TI dengan bisnis untuk mengidentifikasi mana SI / TI yang paling memberikan kontribusi, dan penentuan prioritas investasi
b. Mendapatkan keuntungan kompetitif dari peluang bisnis yang dibuat dengan menggunakan SI / TI
c. Membangun, biaya-efektif namun teknologi infra-struktur yang fleksibel bagi masa depan
d. Mengembangkan sumber daya yang tepat dan kompetensi untuk menggunakan SI / TI dengan sukses di seluruh organisasi.
5 tahap evolusi
• Tahap 1: khas pengolahan data awal (DP) perencanaan-departemen itu perlu merencanakan antarmuka antara aplikasi yang dikembangkan secara terpisah, proyek proyek, agar mereka bekerja secara efektif dan efisien, baik dalam operasi bisnis dan pemanfaatan teknologi.
• Tahap 2: manajemen, sekarang sadar (sering karena beberapa krisis atau kunci kegagalan sistem), melakukan review atas ke bawah SI / TI aplikasi dalam terang prioritas ketergantungan bisnis yang disepakati pada kepentingan relatif dari kebutuhan bisnis.
• Tahap 3: tahap berikutnya adalah berpusat di sekitar rinci SI / TI perencanaan, untuk menentukan cara terbaik atau melaksanakan aplikasi dan mendukung teknologi atau, dalam beberapa kasus, kembali menerapkan sistem yang ada di lebih tepat, terpadu dan cara-cara yang mungkin lebih murah.
• Tahap 4: pengguna mengambil kendali, tidak harus didorong oleh manajemen senior, tetapi tidak putus asa baik, karena mereka tidak ingin untuk mencegah bisnis yang dipimpin, menggunakan kewirausahaan SI / TI oleh pengguna melihat peluang baru, menggunakan informasi dalam cara-cara baru untuk memberikan leverage bisnis / keuntungan kompetitif.
• Tahap 5: ini adalah tahap yang sulit dijangkau, terutama jika 3 tahap tertunda dan tahap 4 lebih user-pemberontakan dari bisnis inovasi dirangsang.
Pendekatan pengembangan strategi IS/IT
5 tahap pengembangan menurut Earl
Tahap 1: Memimpin bisnis
Tahap 2: Mendukung metode
Tahap 3: Teknologi
Tahap 4: Administrasi
Tahap 5: Organisasi
Tahap 2: Mendukung metode
Tahap 3: Teknologi
Tahap 4: Administrasi
Tahap 5: Organisasi
Pendekatan pengembangan strategi IS/IT
Pada dasarnya, faktor resiko dalam suatu perencanaan sistem informasi, dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori resiko [3], yaitu :
a. Catastrophic (Bencana)
b. Critical (Kritis)
c. Marginal (kecil)
d. Negligible (dapat diabaikan)
Adapun pengaruh atau dampak yang ditimbulkan terhadap suatu proyek sistem informasi dapat berpengaruh kepada
a) Nilai unjuk kerja dari sistem yang dikembangkan
b) Biaya yang dikeluarkan oleh suatu organisasi yang mengembangkan teknologi informasi
c) Dukungan pihak manajemen terhadap pengembangan teknologi informasi
d) Skedul waktu penerapan pengembangan teknologi informasi.
Suatu resiko perlu didefinisikan dalam suatu pendekatan yang sistematis, sehingga pengaruh dari resiko yang timbul atas pengembangan teknologi informasi pada suatu organisasi dapat diantisipasi dan di identifikasi sebelumnya. Mendefinisikan suatu resiko dalam pengembangan teknologi informasi pada suatu organisasi terkait *** dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle [SDLC]), dimana fase-fase penerapan SDLC dalam pengembangan teknologi informasi di spesifikasikan *** analisa resiko.
Mengindentifikasikan faktor-faktor resiko yang timbul dan diuraikan disetiap tahap perancangan sistem
System Development Life Cycle [SDLC] adalah suatu tahapan proses perancangan suatu sistem yang dimulai dari tahap investigasi; pembangunan; implementasi; operasi/perawatan; serta tahap penyelesaian. Dari dasar tersebut di atas, strategi penerapan manajemen resiko perlu mempertimbangkan dampak yang mungkin timbul dengan tingkat probabilitas yang berbeda untuk setiap komponen pengembangan sistem informasi.
Pola pendekatan manajemen resiko juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor pada System Development Life Cycle (SDLC) yang terintegrasi, yaitu Mengindentifikasikan faktor-faktor resiko yang timbul dan diuraikan disetiap tahap perancangan sistem, yang tersusun sebagai berikut :
Tahap 1. Investigasi
Tahap ini suatu sistem didefinisikan, menyangkut ruang lingkup pengembangan yang akan dibuat, yang semua perencanaan atas pengembangan sistem di dokumentasikan terlebih dahulu. Dukungan yang dibutuhkan dari manajemen resiko pada tahap ini adalah faktor resiko yang mungkin terjadi dari suatu sistem informasi di identifikasikan, termasuk di dalamnya masalah serta konsep pengoperasian keamanan sistem yang semuanya bersifat strategis.
Tahap 2. Pengembangan
Tahap ini merupakan tahap dimana suatu sistem informasi dirancang, pembelian komponen pendukung sistem di laksanakan, aplikasi di susun dalam program tertentu, atau masa dimana konstruksi atas sistem di laksanakan. Pada proses ini, faktor resiko diidentifikasikan selama tahap ini dilalui, dapat berupa analisa atas keamanan sistem sampai dengan kemungkinan yang timbul selama masa konstruksi sistem di laksanakan.
Tahap 3. Implementasi
Tahap ini kebutuhan atas keamanan sistem dikonfigurasikan, aplikasi sistem di uji coba sampai pada verifikasi atas suatu sistem informasi di lakukan. Pada tahap ini faktor resiko di rancang guna mendukung proses pelaksanaan atas implementasi sistem informasi sehingga kebutuhan riil di lapangan serta pengoperasian yang benar dapat dilaksanakan.
Tahap 4. Pengoperasian dan Perawatan
Tahap ini merupakan tahap dimana sistem informasi telah berjalan sebagaimana mestinya, akan tetapi secara secara berkala sistem membutuhkan modifikasi, penambahan peralatan baik perangkat keras maupun perangkat lunak pendukung, perubahan tenaga pendukung operasi, perbaikan kebijakan maupun prosedur dari suatu organisasi. Pada tahap ini manajemen resiko lebih menitik beratkan pada kontrol berkala dari semua faktor yang menentukan berjalannya sistem, seperti perangkat keras, perangkat lunak, analisa sumber daya manusia, analisa basis data, maupun analisa atas jaringan sistem informasi yang ada.
Tahap 5. Penyelesaian/penyebaran
Tahap ini merupakan tahap dimana system informasi yang telah digunakan perlu di lakukan investasi baru karena unjuk kerja atas sistem tersebut telah berkurang, sehingga proses pemusnahan data, penggantian perangkat keras dan perangkat lunak, ataupun berhentinya kegiatan atau kepindahan organisasi ke tempat yang baru. Manajemen resiko yang perlu di perhatikan dalam tahap ini adalah memastikan proses pemusnahan atas komponen-komponen system informasi dapat berjalan dengan baik, terkelola dari segi keamanan.
Setelah pola pendekatan manajemen resiko di definisikan dalam masing-masing tahap SDLC, maka tahap selanjutnya adalah menilai manajemen resiko dalam metodologi tertentu. Upaya memberikan penilaian atas dampak resiko dalam pengembangan sistem informasi, perlu dilakukan karena dapat memberikan gambaran atas besar atau kecilnya dampak ancaman yang mungkin timbul selama proses pengembangan sistem.
Untuk menentukan kemungkinan resiko yang timbul selama proses pengembangan sistem informasi berlangsung, maka organisasi yang bermaksud mengembangkan sistem informasi perlu menganalisa beberapa kemungkinan yang timbul dari pengembangan sistem informasi tersebut. Adapun metodologi penilaian resiko pengembangan sistem informasi dapat diuraikan dalam 9 langkah[4], yang tersusun sebagai berikut :
a. Menentukan karakteristik dari suatu sistem
b. Mengidentifikasikan ancaman-ancaman
c. Mengidentifikasikan kelemahan sistem
d. Menganalisa pengawasan
e. Menentukan beberapa kemungkinan pemecahan masalah
f. Menganalisa pengaruh resiko terhadap pengembangan sistem
g. Menentukan resiko
h. Merekomendasikan cara-cara pengendalian resiko
i. Mendokumentasikan hasil keputusan
Tahap ke dua, tiga, empat dan enam dari langkah tersebut di atas dapat dilakukan secara paralel setelah langkah pertama dilaksanakan. Adapun gambaran dari setiap langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar Flowchart metodologi penilaian resiko