gravatar

Menerima Apa Adanya Bukan Ada Apanya

Menerima Apa Adanya Bukan Ada Apanya


Terharu sekali melihat sebuah kisah nyata dimana orang tua yang mendapatkan anugerah seorang anak cacat kemudian orang tua ini mampu membuat anak ini percaya diri dengan kelemahannya dan membuat anak ini berhasil dalam bidang pendidikan.

Bahkan cerita dari dosen saya yang mengatakan bahwa istrinya yang tuna netra mampu lulus dari kuliah S1 jurusan hukum dan mampu membesarkan anak mereka tanpa bantuan pembantu rumah tangga. Wow…. Saya kalau mendengar ini hanya bisa berkata luar biasa dan bersyukur kalau mereka bisa menunjukan potensi yang ada dalam diri mereka.

Kalau kita telusuri sebenarnya kunci mereka yang berhasil mengatasi kelemahan mereka adalah PENERIMAAN. Iy.. penerimaan dari orang-orang terdekat mereka. Mereka merasa dihargai dan diakui keberadaannya. Penerimaan itu yang membuat mereka mampu menunjukan ketrampilan/bakat/potensi/kekuatan yang ada di dalam hidup mereka.

Penerimaan memang sangat ampuh. Penerimaan mampu mengubah kehidupan seseorang. Penerimaan bisa membuat orang bangkit kembali dan melanjutkan hidup dengan lebih baik dari sebelumnya. Penerimaan membuat orang menjadi kuat dalam menjalani hidup yang semakin edan ini.

Kata kuncinya adalah: MENERIMA APA ADANYA BUKAN ADA APANYA

- Kalau sepasang kekasih mampu menerima pasangannya apa adanya pasti mereka menjadi pasangan yang baik tanpa harus bongkar pasang dalam kehidupannya hehe… (kayak pemain bola). Kalau menerima pasangan dengan syarat ada apanya pasti tidak akan bertahan lama. Pasangan harus ada mobil, harus ada ini, harus ada itu… well, saya Cuma bilang kasihan sekali pasangan itu. Kalau tidak ada apa-apanya maka kalimat sakti yang keluar adalah good bye my love for nothing…

- Kalau orang tua mampu menerima keadaan anak apa adanya walau belum berprestasi anak pasti akan semakin terpacu untuk berprestasi dan menunjukan yang terbaik bagi ortunya. Jangan karena seorang anak ada prestasinya baru dibanggakan kemudian anak yang lain yang tidak ada prestasinya di kucilkan…walah kasihan sekali itu anak.. sudah jatuh tertimpa tangga lagi. Kapan mau majunya..

Itu baru dua contoh yang sering ada dalam realita hidup. Kalau kita bisa menerima orang lain apa adanya maka kita sudah bisa menjadi manusia yang dibanggakan Tuhan. Karena Pencipta kita juga menerima diri kita yang berdosa ini apa adanya. Coba kalau pencipta kita menerima diri kita karena ada apanya, waduh… gawat deh. Kita tidak akan mampu mengikuti standard kelulusan dari pencipta kita. Pasti akan ada banyak orang-orang yang tertolak dan tidak lulus.

Intinya adalah kita bisa menerima keadaan orang disekitar kita bukan memperlihatkan sikap penolakan. Mungkin sulit kalau orang yang mau kita terima itu adalah orang yang terus-menerus berusaha menjatuhkan kita atau mencelakakan kita. Saya tidak bilang gampang karena setiap orang mempunyai standard yang berbeda. Ini butuh yang namanya pembelajaran dan butuh proses. Sangat lama untuk sebagian orang. Ini bisa dimulai dari lingkup kecil yaitu keluarga. Belajar untuk menerima pasangan/anak/mertua/menantu/pembantu/supir apa adanya bukan karena ada apanya. Coba deh dipraktekan…



sumber: http://c7982fcf.linkbucks.com